Artikel Kisah Sukses Pendidik Dari Dinas Pendidikan
Artikel Kisah Sukses Pendidik Dari Dinas Pendidikan - Daya juang memang sangat berperan dalam membentuk seseorang menjadi tangguh dan tidak kenal menyerah. Kesuksesan seseorang pun tergantung pada perjuangannya. Karena hasil yang baik juga tak akan pernah tercapai dengan mudah. Dan dengan perjuangan keras, berusaha maksimal, bersemangat, banyak belajar, dan yakin dengan apa yang dikerjakan akan berhasil serta berdo'a mengharapkan pertolongan dari Allah SWT dapat dipastikan kita akan memetik hasil yang maksimal. Hal ini tercermin pula pada sepak terjang Prof. Dr. Ir. H. Bachtiar Hasan, MSIE dalam merintis karir dan menjalani hidupnya.
Artikel Kisah Sukses Pendidik Dari Dinas Pendidikan |
Latar belakang pendidikannya,
dimulai ketika Bachtiar masuk SDN
Garut hingga lulus tahun 1969. Kemudian ia melanjutkan ke SMPN Samalanga yang
diselesaikannya dengan baik. Selepas SMP, pria yang sejak kecil sudah hidup
mandiri ini, kemudian masuk ke STMN Banda Aceh Jurusan Listrik hingga tahun
1974. Setelah lulus dari STM, kemudian ia melanjutkan ke FPTK Universitas
Negeri Medan yang diselesaikannya tahun 1978 dengan meraih gelar Sarjana
Muda.
Kiprahnya di dunia pendidikan, bagi
pria yang dikenal supel dan ramah ini dimulai sejak beliau menyelesaikan studi
S-1nya di FPTK UPI Jurusan Teknik Elektro pada tahun 1980. Kemudian ia
melanjutkan studi ke program pasca sarjana S-2 Jurusan Teknik dan Manajemen
Industri ITB yang diselesaikan tahun 1986. Terakhir, ia berhasil menamatkan
pendidikan S-3 di Fakultas Pascasarjana UPI Program Studi Manajemen Pendidikan
tahun 1997.
"Saya bersyukur, Allah SWT
memberi saya kekuatan, jiwa pantang menyerah, hanya dengan modal itu walaupun
fasilitas kurang mendukung, saya akhirnya bisa hidup sukses. Walaupun saya
harus cari uang sendiri seperti ketika STM berjualan koran, dan mencari
beasiswa untuk dapat kuliah, sehingga sekolah saya dari S1, S2, sampai S3,
semua dari beasiswa,"ujar pria yang selalu menyelesaikan kuliah dalam
waktu cepat ini.
Pendidikan merupakan satu hal yang
penting dalam kehidupan ini. Sebab lewat pendidikan seseorang bisa menjadi
pribadi yang cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, dan bermartabat. Oleh sebab
itu, setiap manusia hendaknya mengutamakan dan memajukan aspek pendidikan bukan
hanya bagi diri sendiri tapi juga harus dirasakan oleh orang lain. Hal itu pula
yang dilakukan oleh Bachtiar. Tugas
pengabdian kepada negara dan masyarakat dilakukannya dengan membantu pendidikan
masyarakat. Ia mulai membuka lembaga pendidikan murah untuk rakyat. Atas
aktifitas dan prestasinya, tampak jelas begitu besarnya kepercayaan UPI Bandung
terhadapnya, sehingga ia dipercaya sebagai Tenaga edukatif di Jurusan Teknik
Elektro FPTK UPI dan Guru Besar Bidang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Selain itu, menjabat sebagai Pengampu Mata Kuliah Teknik Tegangan Tinggi,
Teknik Tegangan Lanjutan, Peralatan Teknik Tegangan Tinggi, Manajemen Industri,
dan Perencanaan Pengajaran Bidang Studi Kewirausahaan. Ia juga sebagai peneliti
bidang Teknologi Tepat Guna dan sering mengadakan pengabdian kepada masyarakat dalam
bidang penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan potensi desa-desa.
Diwaktu senggangnya, Bachtiar selalu menyempatkan diri untuk
menulis buku-buku pelajaran dan makalah seminar, serta menulis artikel-artikel
di Mimbar Pendidikan dan Teknologi. Buku yang pernah ditulisnya, antara lain
Teknik Tegangan Tinggi, Peralatan Tegangan Tinggi, Manajemen Industri,
Perencanaan Pengajaran Bidang Studi,
Proteksi Sistem Tenaga Listrik, Pemutus Tenaga Listrik, Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, dan Analisa Sistem Tenaga Listrik.
Berbagai kesibukan di dunia
pendidikan dijalaninya dengan ikhlas berupa pengabdian kepada masyarakat diluar
tugas sebagai Pegawai Negeri. "Saya mengelola beberapa yayasan pendidikan
seperti Yayasan Pendidikan Aqua Vitae, Yayasan Pendidikan Yudhistira, Yayasan
Pendidikan Pengembangan Pariwisata JABAR yang membuka Pendidikan SMP, SMA, SMK
Teknologi dan Industri, SMT Penerbangan Dirgantara, SMK Bisnis dan Manajemen,
SMA Plus Pariwisata, STMIK-STKIP Subang, Politeknik Kridatama, STIE Kridatama,
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kridatama Bandung, dan Pusat Kegiatan Belajar
Mengajar (PKBM) Kridatama Bandung", ujar pria yang juga menjabat Dosen
Sekolah Pascasarjana dan pembimbing mahasiswa
S2 dan S3 UPI ini.
Kesibukan beliau tersebut masih dalam tataran
pengabdian ilmu di masyarakat sebagai pengelola lebih sepuluh sekolah setara
SLTA, Diploma dan pendidikan tinggi S1, di Bandung dan Kabupaten Subang.
Kemudian, ia juga menjabat sebagai Ketua Koperasi KSU-Pratamajaya, dan
Komisaris CV Pratama Jaya yang bergerak dalam bidang Konsultan dan Informatika.
"Satu hal yang saya rasakan,
dengan profesi yang saya geluti ini yakni adanya kepuasan batin yang sangat
mendalam. Walaupun jadi guru tidak banyak berharap menjadi orang kaya, tetapi
saya berharap apa yang saya lakukan menjadi ladang amal jariyah. Dan saya
sangat senang, kalau ada kabar anak-anak didik saya bisa menjadi orang sukses
di masyarakat", ujar pria yang pernah menjadi Asisten IV Menwa Sumatra
Utara ini.
Artikel Kisah Sukses Pendidik Dari Dinas Pendidikan
Pria yang terlihat santun dan supel
saat bersua dengan setiap orang ini, telah melakukan banyak studi banding dalam
bidang pendidikan dan industri untuk meningkatkan mutu UPI sebagai institusi
pendidikan, seperti studi banding ke : Australia Negara Bagian Victoria, dengan
mengunjungi Hawtone Institute Of
Education (H.I.E), Gordon Technical College (G.T.C), Rowvde Secondary College,
Mount Erin Secondary College ; Singapura dengan mengunjungi University Nasional Singapore ; Malaysia
dengan mengunjungi University Kebangsaan
Malaysia ; Jerman dengan mengunjungi (DSE)
German Foundation For Internasional Development dan Festo
Didaetik International Project for Training and Education di Kota Eslingen.
Dan juga beberapa universitas dan lembaga pendidikan kependidikan dan teknologi
di kota-kota benua Eropa, yakni Inggris,
Paris, Luxemburg, Amsterdam, Amerika, Jepang, Philipina, Brunei Darussalam,
Hongkong, Bruser dan Barcelona- Spanyol, dan terakhir mengikuti Asia Link Project 2007. Pada awal April
mendatang, beliau direncanakan akan mengikuti Third International Meeting of the Asia Link Project di Universitat
Autonoma de Barcelona, Spanyol.
Visi dan Misi
Adapun yang menjadi Visi dari Bachtiar dalam
memimpin beberapa lembaga sekolah dan yayasan yaitu ingin mempersiapkan para
lulusan yang terdidik, bertakwa kepada Allah SWT, terampil, mandiri, dan mampu
mengembangkan diri agar dapat berkompetisi mengisi pasar kerja tingkat
menengah, diploma, dan sarjana, sesuai dengan tuntutan otonomi daerah, nasional
maupun internasional. Sedangkan Misi
yang diembannya yaitu ingin menyiapkan peserta didik yang berkualitas melalui
upaya peningkatan manajemen sekolah, dan perguruan tinggi serta dengan melalui pengembangan fasilitas,
kesiswaan/kemahasiswaan, lingkungan sekolah/kampus, proses belajar mengajar,
kerja sama dengan industri ataupun lembaga terkait dengan memperhatikan
ketercapaian tujuan.
Kiat Membina Hubungan Baik dengan Karyawan
Terhadap pendapat yang mengatakan
bahwa SDM adalah asset suatu lembaga, ia membenarkannya. Sejalan dengan hal
tersebut, baginya SDM yang bekerja di yayasan yang dipimpinnya merupakan aset
yang paling berharga. Oleh karena itu, ia merasa harus menjaga hubungan baik
dengan karyawan. Guna menjaga dan menjalin hubungan baik dengan para karyawan,
ia melakukannya dengan pendekatan keterbukaan, kekeluargaan, sifat sosial,
memberikan tugas atau wewenang yang jelas, serta memberikan kesempatan
pengembangan diri bagi mereka.
Peran Pemerintah dan Pandangan terhadap
Pendidikan di Indonesia
Sementara mengenai peran Pemerintah
terhadap sistem pendidikan di tanah air selama ini, dilihat dan dinilai Bachtiar sangat berperan. Menurut
penilaiannya, saat ini pemerintah lebih memberikan perhatian yang lebih besar
kepada sekolah negeri, sedangkan lembaga pendidikan swasta sangat sedikit
diberi kesempatan untuk berkembang."Kalau ada perhatian itu merupakan
bagian kecil dibandingkan dengan sekolah negeri"ujar pria yang cerdas dan
selalu terlihat enerjik ini sambil berharap pemerintah lebih memperhatikan
keberadaan sekolah swasta di Indonesia.
Sementara itu, menyoroti masalah
sistem pendidikan di Indonesia, pria
yang lembaganya pernah meraih Penghargaan Internasional dari UNESCO dalam
pendidikan berbasis kerja ini berpendapat
bahwa sistem pendidikan yang selama ini digunakan di Indonesia memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga negara Indonesia untuk mengenyam
pendidikan. Akan tetapi ada beberapa sistem pendidikan yang harus segera
diperbaiki yaitu pentingnya menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai dan
lengkap yang sesuai dengan ketentuan kurikulum dan bidang studi masing-masing.
Selain itu, perlu ditingkatkan kemampuan SDM baik guru dan pengelola pendidikan
dalam menghadapi kurikulum yang ada, juga stakeholder pendidikan sejak dini
harus meningkatkan diri dari segi etika, disiplin, dedikasi, inovasi, dan
pengembangan diri kedepan secara berkelanjutan.
Selain itu juga, ia mengatakan bahwa
"kita harus mulai membina imtak para anak didik sejak dini dari TK, SD,
dan seterusnya agar imtak para siswa dapat berkembang dengan baik. Dan para
pendidik hendaknya menggunakan cara belajar dan mengajar yang cocok diterapkan
di Indonesia yaitu cara belajar mengajar yang bisa membangkitkan etos belajar
siswa, serta tenaga pendidik harus menguasai materi pelajaran dan dunia
industri atau usaha sehingga bisa memberikan contoh tentang perkembangan dunia
yang ada saat ini disekitar kita, yang sesuai dengan bidang studi yang
diajarkan", tutur pria yang penuh semangat dalam mengerjakan setiap
pekerjaan ini.
Sedangkan mengenai masalah kurikulum
di Indonesia, ia berpendapat bahwa masih banyak
kurikulum/bahan ajar yang tumpang tindih antara satu bidang studi dengan bidang
studi lainnya. Selain itu, kurikulum di Indonesia tidak mengajarkan dan
mengembangkan agar anak didik untuk hidup mandiri. Oleh sebab itu, sekarang ini
kurikulum muatan lokal hendaknya diperluas dan diberi porsi yang lebih banyak
agar anak didik dapat mengenal potensi masing-masing sehingga kedepannya bisa
hidup mandiri.
Prinsip/Motto Hidup
Sukses yang diraih pria berperawakan
langsing ini tidak direngkuh dengan mudah tapi melalui kerja keras dan semangat
yang tinggi serta berdo'a kepada Allah SWT. Untuk menjadi orang sukses terlebih
dulu harus memiliki visi dan misi dalam kehidupan ini. "Apapun yang kita
lakukan harus dimulai dari adanya visi dan misi kita. Tanpa adanya visi dan
misi tersebut maka kita tidak akan mempunyai arah untuk berbuat dan apa yang
harus diperbuat",pesan pria yang sejak kecil sudah hidup mandiri ini. Kemudian, ia selalu berusaha bekerja apa yang
mampu ia lakukan dengan melibatkan orang banyak, seperti mengelola beberapa
yayasan sehingga memberikan lapangan pekerjaan kepada orang banyak. Lalu yang terakhir, ia selalu berprinsip
bahwa kalau orang bisa, ia pasti bisa. "Kalau orang lain bisa, kenapa saya
tidak ? Orang bisa jadi Doktor, saya juga harus bisa, orang bisa naik haji,
saya minta pada Allah SWT untuk bisa kesana. Orang lain bisa membantu rakyat,
saya pun berusaha sampai kini dengan menciptakan lapangan pekerjaan di Bandung dan
Subang",ujar pria yang cekatan dan mudah tersenyum tiap bersua dengan
setiap orang serta meraih kesuksesan diusia yang relatif masih muda ini.
Keluarga
Dalam kehidupan berumahtangga, Bachtiar menikah dengan Dra. Hj. Elly Aryantimala pada tahun
1981, dan dikarunia tiga orang anak. Putra pertama bernama Muhammad Faisal, Spd (23) merupakan Alumni Teknik Mesin UPI. Anak
keduanya bernama Nurlaela (19) yang
kini masih kuliah di FPMIPA-UPI. Sedangkan anak ketiganya bernama Ardiansyah (17) yang kini masih sekolah
di SMAN 11Kota Bandung.
Mengenai dukungan keluarga yang diberikan kepadanya selama bekerja, ia
menyatakan keluarganya sangat mendukungnya, hingga dirinya dapat bekerja dengan
sebaik-baiknya.
Latar Belakang
Bachtiar
dilahirkan di sebuah Kampung Blang Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireun Nangroe
Aceh Darussalam (NAD), pada tanggal 4 Desember 1955. Anak kedua dari delapan
bersaudara ini dilahirkan dari pasangan (Alm)
Tgk. H. Muhamad Hasan Yusuf dan (Almh)
Hj. Aisiyah. Ia dibesarkan dari
sebuah keluarga yang sederhana dan pekerja keras. Bapaknya seorang pensiunan
guru agama Islam di SMPN Jeunied. Melalui garis keturunannya, yakni kedua
orangtuanya guru dan ditambah pemikiran bahwa
setiap orang
membutuhkan pendidikan untuk maju dengan memberikan ilmu kepada mereka sebagai
amal jariyah, yang merupakan panggilan Allah SWT dan bisa membuka lapangan
kerja kepada orang banyak sehingga ia
terjun ke dunia pendidikan yang merupakan tugas mulia yang mungkin hanya
sedikit orang yang serius menoleh ke bidang tersebut. Tapi tidak bagi Prof. Dr. Ir. H. Bachtiar Hasan, MSIE
yang mendarmabaktikan hidup di dunia pendidikan sejak tahun 1980.
Pandangan-Pandangan terhadap Nangroe Aceh
Darussalam
Ditanya mengenai perkembangan tanah
kelahirannya Nangroe Aceh Darussalam (NAD), pria yang bertempat tinggal di
Komplek Cibaduyut Permai Jln. Penataran C4 No.8 (Depan TVRI Bandung) ini
mengatakan bahwa masyarakat Aceh sejak jaman kemerdekaan telah mengalami
konflik yang berkepanjangan seperti DI/TII, DOM, dan terakhir Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Akan tetapi jika dikaji
lebih mendalam konflik tersebut timbul bukan dikarenakan rakyat Aceh ingin
merdeka dengan mendirikan negara sendiri, tetapi lebih kepada ketidaksetujuan
mereka terhadap kebijakan pemerintah pusat yang cenderung mengatur kepentingan
daerah Aceh untuk kepentingan pusat bukannya untuk kepentingan daerah Aceh
sendiri, hal ini dilihat dari perspektif ide proklamasi kemerdekaan, UUD 1945,
dan prinsip Bhineka Tunggal Ika, adalah sebuah penyimpangan. Ditambah lagi,
setelah merdeka kita mengetahui bahwa kekayaan alam yang dimiliki Nangroe Aceh
Darussalam begitu besar, akan tetapi, kekayaan sebesar itu belum mampu
mensejahterakan masyarakat Serambi Mekah itu yang hanya berjumlah 4 juta jiwa
sehingga timbul konflik pada waktu itu.
Sejak diadakan penanda tanganan MoU
Helsinki antara pemerintah RI dan GAM pada tanggal 15 Agustus 2005 sebagai
bentuk kesepakatan bersama untuk mengakhiri konflik dan membangun Aceh secara
bermartabat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekarang
masyarakat Nangroe Aceh Darussalam sudah dapat hidup dalam ketenangan dan
kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.
"Adanya MoU Helsinki dampak
positifnya sangat terasa, sehingga dalam era kepemimpinan Irwandi Yusuf sebagai
Gubernur Aceh diharapkan kehidupan masyarakat Aceh dapat maju disegala aspek
kehidupan, khususnya ekonomi rakyat. Saya yakin, jika Irwandi-Nazar mampu
berinteraksi dengan segala lapisan srata masyarakat, memperhatikan apa yang
dibutuhkan masyarakat, mementingkan pendidikan dan ekonomi rakyat, serta
memberi contoh langsung kepada rakyat bagaimana untuk membangun, Aceh
kedepannya dapat menjanjikan masa depan yang lebih sejahtera",ungkap
mantan Ketua Umum Masyarakat Aceh (KAMABA) Jawa Barat, dan masih aktif sebagai
Sekretaris Dewan Penasehat KAMABA serta Anggota Pengurus Majelis Adat Aceh
Perwakilan Jawa Barat ini.
Ia menerangkan bahwa konflik yang
berkepanjangan di Aceh telah membawa dampak terhadap sikap dan perilaku orang
Aceh sendiri. Hal ini bisa dilihat dari adanya fenomena perilaku yang
menyimpang dari sebagian orang Aceh seperti korupsi, perang dingin antar sub
suku, kurang menghormati orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. Padahal
fenomena seperti itu pada 20 tahun yang lalu, belum pernah kita dengar dan
temukan. Orang tua kita dahulu, jika melihat anaknya ada kecenderungan sikap
dan perilaku menyimpang dari adat dan kebiasaan orang Aceh, maka sering kita mendengar kata-kata
seperti : "Hana adat kah lagoe,
kureung adat that dron, pen hana geu pereuno" oleh uroeng chik kah? dan
lain sebagainya. Menurutnya, kata-kata teguran semacam ini hampir tidak pernah
kita dengar lagi saat ini.
Mengenai terbitnya Qanun No.3 Tahun
2004 tentang adanya Majelis Adat Aceh (MAA), guru besar UPI Bandung ini
berharap agar MAA dapat menata kembali budaya lokal dan adat istiadat
masyarakat Aceh sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari budaya nasional
Indonesia. "Diharapkan kehadiran lembaga ini akan mampu mengembangkan adat
istiadat Aceh yang berlandaskan syari'at Islam, dan sekaligus mampu memfilter
budaya asing yang merusak sendi-sendi dasar budaya bangsa kita serta mampu
membangun Aceh yang bermartabat,"ujar pria yang rajin dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaannya ini.
Pesan terhadap Generasi Muda
Terakhir, kepada generasi muda, ia
berpesan agar terus menerus belajar. Karena menurutnya, pendidikan merupakan
hal yang penting bagi setiap manusia untuk maju sebagai dasar berpijak untuk
mengenal dunia luar dan dunia kerja serta pengembangan diri yang
berkelanjutan."Dengan pendidikan tersebut mereka dapat menangkap peluang-peluang
kerja dan usaha sehingga bisa membuka lapangan kerja baru. Sebab tanpa adanya
pendidikan dan Imtak maka seseorang tidak akan pernah menjadi seorang mandiri
tapi ia akan menjadi beban bagi orang lain, masyarakat dan negara",
pesannya sambil menutup perbincangan dengan Tim Profil.Artikel Kisah Sukses Pendidik Dari Dinas Pendidikan
Komentar
Posting Komentar