Kisah Sukses Dokter Teladan Terbaik Indonesia
Kisah Sukses Dokter Teladan Terbaik Indonesia - Perjalanan
nasib seseorang memang kadang sulit diduga. Ada kala apa yang dijalaninya di
kemudian hari berbeda dari apa yang dicita-citakannya semula. Karena, semua
memang berpulang kepada kehendak Allah SWT. Setiap manusia boleh berencana,
tapi Allah SWT jualah yang menentukan. Semua keberhasilan adalah berkah dari
Allah Yang Maha Pemurah. Sedangkan kegagalan mempunyai hikmah sendiri.
Kegagalan tidak selalu berarti gagal. Dibalik kegagalan ada suatu rencana Allah
Yang Maha Tahu mungkin pada hari ini kita belum tahu maknanya. Namun, satu hal
yang tidak boleh dilupakan bahwa untuk mencapai sesuatu keberhasilan tidaklah
mungkin diperoleh hanya dengan berpangku tangan atau bekerja seadanya artinya
harus mau bekerja keras, berusaha maksimal, bersemangat, jujur, banyak belajar,
suka membantu, dan yakin dengan apa yang dikerjakan akan berhasil, dengan rasa
penuh tanggung jawab. Ketika kerja keras dan usaha yang maksimal telah kita
jalani, masih ada hal lain yang tidak bisa diabaikan dan dilupakan oleh manusia
untuk mencapai keberhasilan tersebut, yakni berdo'a mengharapkan pertolongan
dari Allah Yang Maha Kuasa. Itulah kata-kata yang tepat yang dapat ditujukan
pada sosok pria kelahiran Bandung, 13 September 1951 bernama Dr. Syahrizal
Aminuddin dalam menjalani kehidupannya. Keinginannnya menjadi seorang
Arsitektur akhirnya kandas, dan memilih
masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, atas dukungan dan
motivasi orangtua tercinta.
Dokter Teladan Terbaik Indonesia |
Menurutnya, ia memilih ditempatkan di luar
Pulau Jawa karena sejak SMA sudah menyukai olahraga lintas alam. Banyak
tantangan yang harus dihadapi di tempat tugasnya misalnya bahasa setempat,
perbedaan budaya, dan tidak memiliki sanak saudara di daerah itu, serta
fasilitas peralatan & perlengkapan medis khususnya kedokteran yang kurang,
dll. Selama bertugas di sana selama 20 tahun, anak ketiga dari 5 bersaudara
ini, ternyata sempat menjadi Dokter Puskesmas Teladan Tingkat Propinsi Sumatera
Selatan tahun 1990, dan puskesmas yang dipimpinnya terpilih sebagai Puskesmas
Berprestasi tahun 1988. Selain itu, bahkan bawahannya pun ada yang menjadi
perawat dan bidan teladan, dll.
Perjalanan karier Rizal perlahan
tapi pasti menanjak secara konsisten, yaitu : Kepala Puskesmas Pulau Beringin
tahun 1981-1985, Kepala Puskesmas Simpang tahun 1985-1988, Kepala Puskesmas
Martapura tahun 1988-1991, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Sumsel tahun 1991-1996, Kakandepkes OKU tahun 1992-1997, dan PLT Direktur RSUD
Baturaja OKU tahun 1994-1995.
Begitulah, Rizal menjalani
perjalanan hidupnya, yang hampir sebagian besar ia lewati karena terkait dengan
kepeduliannya terhadap kelangsungan bangsa ini. Tidak hanya terjun di bidang
kesehatan saja, tetapi juga organisasi sosial dan kemasyarakatan serta
olahraga. Ia pernah menjabat sebagai Ketua DPD KNPI Kabupaten Ogan Komering Ulu
(OKU) tahun 1991- 1994, dan Ketua PERTINA Cabang OKU tahun 1994-1997.
Selain itu, selama lima tahun
menjadi seorang Dokter Puskesmas di Propinsi Sumatera Selatan, menurutnya, ia
menyaksikan sendiri fakta-fakta dimana Negara ini tidak melindungi rakyat.
Serta ada kontrol-kontrol yang mengawasi dan menganggunya, yakni militerisme.
Ia melihat bagaimana bangsa Indonesia dijajah oleh bangsanya sendiri, yang sedang
berkuasa. "Di hadapan saya, itu terjadi kejahatan para penguasa dan pengusaha
mendapatkan kavling-kavling Kelapa Sawit, Hutan Tanaman Industri, dan
daerah-daerah Register. Bahkan, saya siap dipanggil oleh Bapak Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono untuk menceritakan kejahatan-kejahatan Rezim Orde Baru hingga
merusak ekologis atau ekosistem yang dapat berakibat banjir," ujar Rizal
seorang Dokter yang begitu cinta terhadap bangsa dan tanah air.
Hal tersebut menunjukkan bukan
kemerdekaan yang didapatkan oleh bangsa Indonesia melainkan kehancuran.
"Akhirnya saya terus mengurusi kemiskinan itu, tanpa ada pertumbuhan ekonomi,"
kenang pria yang kini dipercaya menjabat Penasihat IDI Kabupaten Bandung. Selain
itu, "saya melihat bagaimana bahan baku di daerah seperti karet, kayu,
minyak, kopi, gas,dll diambil dan dibawa oleh penguasa Rezim Orde Baru. Jika
orang-orang dari daerah asal bahan baku itu diperkaya tidak apa-apa,
tetapi yang diperkaya adalah orang-orang
dari pusat pemerintahan yang merebut lahan itu," ujarnya agak sedikit
menyayangkan.
Sebagai wujud nyata kecintaannya terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Rizal telah memberikan kontribusi positif
untuk menyelamatkan daerah-daerah yang terancam rusak, dimana selama menjadi
Dokter Puskesmas, ia berusaha membeli lahan-lahan di daerah tersebut daripada
diekspansi / dirusak oleh para transmigran spontan, pendatang baru, dll.
"Saya juga mengarahkan kepada bawahan agar mereka mempunyai kebun sehingga
satu demi satu lahan terbeli," kenangnya. Kontribusi positif lainnya,
sewaktu dirinya dipercaya menjabat Ketua DPD KNPI Kabupaten Ogan Komering Ulu,
ia selalu meminta tanah kepada pemerintah di setiap desa seluas satu hektar
untuk dijadikan kebun pemuda dan sarana olahraga di daerah tersebut.
"Itulah sumbangan saya yang telah berusaha menyelamatkan dan melindung
bangsa Indonesia dari kejahatan tangan-tangan Rezim Orde Baru," ujar pria
yang pernah menjadi guru bersama istri tercinta.
Kiat Menjalin
Hubungan Baik dengan Bawahan
Terhadap pendapat yang mengatakan
bahwa SDM adalah asset suatu lembaga, ia membenarkannya. Sejalan dengan hal
tersebut, baginya SDM yang bekerja di lembaga yang dipimpinnya merupakan aset
yang paling berharga. Oleh karena itu, ia merasa harus menjaga hubungan baik
dengan bawahan, yang biasa disebut sebagai rekan-rekannya, dengan menerapkan
sistem kekeluargaan, demokratis dan keterbukaan.
Kisah Sukses Dokter Teladan Terbaik Indonesia
Dalam hal ini, ia menganggap seluruh
karyawannya sebagai suatu keluarga besar. Walaupun ia berstatus sebagai
Pimpinan, tetapi Rizal tidak terlalu menonjolkan sebutan atasan dan bawahan.
"Kepada anak buah, saya bisa bersikap sebagai ayah dan anak, bahkan bisa
sebagai rekan," ujar pria yang anti diskriminasi & feodalisme sebagai
hasil didikan orangtua tercintanya.
Selain itu, dalam melaksanakan
pekerjaan, ia juga tidak menganggap ada perbedaan antara karyawan yang satu
dengan yang lain, maupun dengan dirinya sendiri, tetapi mereka bekerja tim
secara bersama-sama dan bersaing untuk tujuan bersama pula. Dengan harapan
mereka semua dapat bekerja dengan perasaan senang dan lapang dada. Dari situ,
menurut Rizal dengan sendirinya mereka akan dapat melakukan segala sesuatunya
secara tepat waktu dan profesional.
Dorongan &
Motivasi Orang Tua yang Membawa Berkah
"Sejak lulus SMA, Rizal muda
selalu diberikan motivasi oleh orang tua tercinta bahwa harus menjadi seorang
Dokter. Tidak usah menjadi Arsitektur, yang penting kamu harus menjadi Dokter
karena di keluarga kamu belum ada yang menjadi tenaga kesehatan tersebut".
Kutipan di atas merupakan sebuah
dorongan yang diberikan oleh orang tua tersayang kepada anaknya, Rizal. Sebuah
dorongan, support yang telah
memotivasi pria yang dilahirkan dari pasangan Mr. Aminuddin (alm.) dan Barlina
(almh.) ini, dalam menjalankan hidupnya sebagai seorang Dokter yang
mendedikasikan dirinya bagi bangsa dan Negara, khususnya dalam bidang
kesehatan, untuk berbuat yang terbaik dalam setiap penugasan manakala Pimpinan
memberinya kesempatan untuk berkarier sesuai kemampuan.
Rizal mungkin merupakan pribadi yang
diberi keberuntungan besar oleh Allah SWT, karena selama sepanjang hidup hingga
penugasannya, diberikan kesempatan untuk banyak belajar secara langsung. Ia
merasa sangat bersyukur dan beruntung menjadi Dokter, dimana profesinya itu
sesuai dengan panggilan hati nuraninya.
Pegawai Negeri
yang Jujur dan Penuh Pengabdian terhadap Bangsa & Negara Indonesia
Image
yang tertanam di masyarakat sejak lama, bahwa pekerjaan yang paling enak itu
menjadi pegawai negeri. Seperti menjadi sebuah cita-cita paling ideal. Apalagi
di kalangan masyarakat menengah ke bawah, doktrin yang diberikan oleh para
orangtua kepada anak mereka saat besar kelak, kalau tidak menjadi dokter,
Insinyur atau tentara, paling banter menjadi pegawai negeri. Jarang ada arahan
untuk menjadi selain daripada itu. Sehingga seperti yang kita lihat, sampai
saat ini bahwa pekerjaan yang paling dicari dan safety adalah menjadi pegawai negeri.
Apakah salah? Tentu tidak. Sepanjang
memang dilakukan pada track yang
benar, tidak ada salah menjadi pegawai negeri. Malah bagus karena bisa mengabdi
pada negara sesuai dengan fungsi dan kemampuan masing-masing. Hanya saja susah
melepaskan diri dari stigma buruk masyarakat tentang pegawai negeri dan segala
kekurangannya. Padahal tidak semua begitu, tidak semua anggapan masyarakat
selama ini bahwa pegawai negeri baik golongan bawah sampai atas adalah mereka
yang hobbynya KKN dan menggerogoti uang negara. Dengan lapang hati kita harus
mengakui bahwa mereka yang menyimpang adalah oknum yang tidak bertanggung
jawab. Bahwa masih ada bahkan banyak dari para birokrat itu yang jujur, dan
sadar bahwa jalan lurus dan tidak neko-neko lebih menyelamatkan daripada harus
berbuat curang.
Pria yang dikenal dermawan dan murah
senyum ini adalah salah satu diantara birokrat yang masih banyak dan jujur itu.
Menjadi satu diantara sekian banyak orang yang menganggap bahwa kedudukan dan
jabatan adalah hal yang harus dilaksanakan pada jalur yang benar dengan
sebaik-baiknya, penuh pengabdian kepada bangsa & negara Indonesia. Pria
yang halus tutur kata dan lembut dalam bersikap ini sudah menjadi dokter
sekaligus pegawai negeri sejak ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran (UNPAD) Bandung.
Filosofi / Motto
Hidup
Di dalam menjalani kehidupan, pria
yang selalu tampil enerjik dan bersemangat ini mempunyai dan melaksanakan
filosofi / motto hidup yang diwariskan oleh orangtua tercinta, yaitu :
"Apa yang kamu perbuat hari ini menentukan keadaan yang akan datang".
Artinya, jika hari ini kita tidak berbuat kebaikan untuk orang lain maka nanti
kita tidak akan mendapatkan hasil atau pahalanya. Filosofi hidup yang kedua,
yaitu "Alam atau kodrat itu lebih kuat daripada ilmu
pengetahuan".Menurutnya, sepintar-pintarnya kita, alam seringkali lebih
kuat. “Maksudnya, kita harus mempunyai budaya atau tradisi yang maju, yang
harus dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan modern”.
Adapun filosofi kerja Rizal, yakni :
"Berkompetisi untuk Kebersamaan". Hal ini pula yang ia tanamkan
kepada para bawahannya. "Kita harus berkompetisi dengan rekan kerja, dan
siapapun dengan tujuan kebersamaan", ujar pria yang selalu menjaga kadar
intelektual sebagai dokter yang berbudaya maju dan selalu berusaha menjadi agent of change, pelopor kebaikan dalam
pembaharuan di masyarakat.
Keluarga
Dalam kehidupan berumahtangga, pria
yang ulet dan pekerja keras ini menikah dengan Euis Hartini pada tahun 1980.
Dan saat ini dikaruniai tiga orang anak, 2 putra dan 1 putri. Ketiga anaknya
sudah besar-besar. Dimana anak yang pertama bernama Irvin Razad dan anak kedua,
M. Hendarsyah, yang keduanya kini sedang menimba ilmu di Universitas Diponegoro
(UNDIP) Semarang. Sedangkan anak ketiganya bernama Nia Harilianty sekarang
sedang melanjutkan studi di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung.
Mengenai dukungan keluarga yang
diberikan kepadanya dalam menjalankan profesinya sebagai seorang Dokter, ia
menyatakan sangat baik, terutama dari isteri tercintanya yang merupakan lulusan
Akademi Keperawatan (AKPER). Untuk membagi waktu dan membina hubungan baik
dengan keluarganya, ia mengatakan tidak ada masalah sebab dirinya cukup banyak
waktu apalagi sesudah pindah ke Kabupaten Bandung, dimana sekarang ini
kebetulan dirinya tidak membuka praktek dokter.
Pesan terhadap
Generasi Muda dan Pemerintah
Kepada generasi muda, Rizal berharap
agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang baik, dimana sadar akan
kewajiban-kewajibannya terutama dalam bidang politik. Selain itu, generasi muda
hendaknya menjadikan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa, jangan bertindak
diskriminasi terhadap suku-suku di tanah air, dan jangan merasa suku dia yang
paling baik. "Hal-hal itu perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
konflik atau separatisme", ujar pria yang supel dan murah senyum ini.
Sedangkan
kepada Pemerintah, pria yang rajin berolahraga ini berharap agar dapat
melakukan peningkatan kinerja aparatur negara, melakukan efisiensi, serta yang
paling penting adalah segera berantas korupsi. Menurutnya, reformasi sekarang
ini direbut kembali oleh para koruptor. "Oleh sebab itu, pemerintah
hendaknya bertindak tegas dan tidak setengah-setengah dalam memberantas
korupsi," harapnya sambil menutup perbincangan dengan Tim Profil.
Demikian kisah sukses dokter teladan terbaik
Indonesia. Semoga berguna.
Baca juga : Kisah Sukses Soichiro Honda Tokoh Otomotif
Komentar
Posting Komentar